Pusat Kajian Anggaran BKD SETJEN DPR RI

Temukan berbagai publikasi dokumen dari PUSKAJI ANGGARAN Badan Keahlian DPR RI mengenai Analisis dan Referensi APBN, Jurnal, Infografis dan lainnya.

WINDFALL KOMODITAS BERAKHIR, BERLANJUTKAH TREN SURPLUS NERACA PERDAGANGAN DI TAHUN 2023?

Tanggal
2023-01-20
Penyusun
-

Sepanjang 32 bulan terakhir sejak Mei 2020, neraca perdagangan Indonesia tercatat konsisten surplus yang turut berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. Capaian ini bersumber dari kenaikan ekspor komoditas berbasis sumber daya alam dan harga komoditas global yang tinggi khususnya di sepanjang tahun 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Desember 2022 secara keseluruhan tercatat surplus USD54,46 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar USD35,42 miliar. Namun tren harga komoditas yang cenderung menurun serta ancaman resesi pada beberapa negara mitra dagang terbesar, akan menjadi tantangan yang besar bagi kinerja neraca perdagangan tahun 2023 untuk tetap bertahan positif. Komoditas non migas dari golongan barang (HS 2 digit) yang memberikan kontribusi terbesar terhadap ekspor ialah bahan bakar mineral dengan kontribusi 19,2 persen sepanjang 2022 serta lemak dan minyak hewani/nabati (12,76 persen). Namun, bila dilihat dari pertumbuhan month-to-month (m-t-m), ekspor bahan bakar mineral serta lemak dan minyak/nabati mengalami kontraksi masing-masing 9,44 persen dan 9,47 persen di bulan Desember 2022. Hal ini tidak terlepas dari harga komoditas baik batu bara maupun minyak sawit yang mulai melandai serta permintaan global yang mulai lesu. World Bank (2023) mencatat, harga komoditas batu bara mengalami pertumbuhan yang terkontraksi sebesar 10,3 persen (q-t-q) pada kuartal IV 2022.

PETA JALAN INDUSTRI TPT INDONESIA: PENTING UNTUK SEGERA ADA AGAR MAMPU KEMBALI BERDAYA

Tanggal
2023-01-20
Penyusun
-

Penyusunan peta jalan industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang tak kunjung selesai berdampak pada ketidakjelasan arah pembangunan industri TPT Indonesia. Berbagai permasalahan di industri TPT, antara lain: penurunan permintaan dari negara tujuan ekspor TPT; pemutusan hubungan kerja yang meningkat pada industri TPT diakhir tahun 2022; penurunan utilitas industri serat sebesar 20 persen, industri pemintalan sebesar 30 persen, industri penenunan dan perajutan sebesar 50 persen, serta industri garmen dan pakaian bayi masing-masing sebesar 50 persen dan 20-30 persen; tingginya angka impor bahan baku, dimana lebih dari 80 persen bahan baku kapas industri tekstil Indonesia bergantung pada produk impor; rendahnya daya tarik investasi, hal ini disebabkan salah satunya ketersediaan bahan baku industri tekstil belum dapat disediakan dari dalam negeri; dan penggunaan mesin tua dengan produktivitas rendah sehingga menyebabkan daya saing produk tekstil dan pakaian jadi Indonesia juga rendah, seharusnya dapat diminimalisir terjadi jika peta jalan industri TPT jelas.