Aksi Bjorka menuai sorotan pihak di negeri ini mulai dari pemerintah
hingga ke masyarakat umum. Penjualan data e-KTP, pembeberan
sejumlah data pribadi yang dimiliki oleh pejabat RI, hingga pembobolan
dokumen berharga milik negara. Bukti lain atas ancaman siber yang
tinggi pada basis data di Indonesia adalah peningkatan ancaman siber
sebesar 22 persen menjadi 11,8 juta di tahun 2022 yang pada tahun lalu
sebesar 9,6 juta ancaman dilansir dari Kaspersky. Jumlah ancaman ini
merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Perlu diketahui, bahwa
National Cyber Security Index (NCSI) Indonesia tahun 2022 adalah
38,96 dengan peringkat ke-83 dari 160 negara. Indeks tersebut
didukung dengan tingkat perkembangan digital sebesar 46,88.
Berbeda dengan Maroko yang tingkat perkembangan digitalnya 46,88
namun memiliki NCSI 70,13 dengan peringkat 30. Dari sini dapat kita
lihat bahwa dengan tingkatan perkembangan digital yang sama,
Maroko dapat mendapatkan posisi peringkat yang lebih tinggi. Melihat
lebih dalam pada bagaimana Maroko mampu meningkatkan NCSI-nya
meskipun dengan pengembangan digital yang setara dengan
Indonesia, ternyata diketahui bahwa Maroko memperoleh pinjaman
sebesar USD500 juta atau setara dengan Rp7,4 triliun dari World Bank
tahun lalu. Sementara itu, Indonesia dengan tingkat pengembangan
digital yang sama mengalokasikan anggaran yang kecil untuk
keamanan siber dan pengembangan digital dan menurun tiap
tahunnya dari tahun 2021 hingga 2023.