Optimisme peningkatan ekonomi global di
tahun 2020 berubah setelah mewabahnya
corona virus disease- 19 (Covid-19) sejak
awal tahun ini. Dalam kurun waktu 5 bulan,
secara global penderita Covid-19 sudah
mencapai lebih dari 5.400.000 jiwa dengan
total meninggal melebihi 340.000 jiwa.
Episentrum persebaran Covid-19 yang
awalnya di Tiongkok bergeser ke Amerika
Serikat dan Eropa. Adapun 10 negara yang
saat ini mengalami kasus terbesar yaitu
Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Spanyol,
Inggris, Italia, Prancis, Jerman, Turki, dan
Iran. Amerika Serikat kini mengalami
kondisi terparah akibat Covid-19 ini dimana
kasus yang positif sudah mencapai lebih dari
1.600.000 jiwa atau 30 persen kasus Covid-19
secara global. Sementara itu, Tiongkok kini
mulai memulih dan posisinya turun ke posisi
14. [Worldmeter, Data Per 24 Mei 2020]
Hingga memasuki kuartal II Tahun 2020,
kondisi global semakin diselimuti
ketidakpastian. IMF menyatakan bahwa saat
ini dunia mengalami krisis yang tidak biasa,
belum pernah dalam sejarah IMF
menyaksikan perekonomian global
mengalami stagnansi seperti ini (WEF, 2020).
Stagnansi tersebut tercermin pada Global
Purchasing Managers Index (PMI) yang
tercatat sangat rendah di bulan April 2020 ini
dibawah 40 (Gambar 1). Hal ini menunjukkan
pesimisnya pelaku bisnis terhadap prospek
ekonomi, yang menandakan berbagai sektor
ekonomi mengalami kontraksi.