Pembangunan infrastruktur memiliki peran yang strategis terhadap
perekonomian.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi optimalisasi manfaat dari
pembangunan
infrastruktur, diantaranya peranan regulasi, tingkat kesadaran kepala
daerah dalam
mengelola pembangunan di daerahnya, keselarasan perencanaan
pembangunan
infrastruktur dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dan alokasi
anggaran
infrastruktur.
Dalam analisis ini menyajikan dua contoh kasus daerah dengan
karakteristik dan kebijakan
pembangunan infrastruktur yang berbeda. Dalam analisis lebih lanjut
akan menggambarkan
bagaimana peran setiap kepala daerah dalam meningkatkan daya ungkit
pembangunan
infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah Kabupaten Jembrana melakukan perencanaan pembangunan
infrastruktur yang
disesuaikan dengan sektor utama dalam perekonomian di Bali yang terdiri
Pertanian,
Pariwisata dan Konstruksi. Pembangunan serta perbaikan Jaringan Irigasi,
serta perbaikan
waduk telah mampu mengurangi risiko gagal panen atas produksi
pertanian, serta
pembangunan infrastruktur di sektor jalan dan jembatan juga telah
mampu menyediakan
akses yang memadai bagi perekonomian. Terkait kemiskinan, dalam
kurun waktu enam
tahun terakhir, terdapat kecenderungan tren penurunan presentase
penduduk miskin.
Namun, faktor perubahan cuaca berpengaruh pada perlambatan
pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2015 ke 2016 yaitu dari 6,23% menjadi 5,95%
Provinsi Banten berhasil menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai
daya ungkit
pertumbuhan ekonomi. Hal ini terecermin dari penurunan angka
kemiskinan, kesenjangan,
peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi 5,7 persen di atas
pertumbuhan nasional yang
hanya mencapai 5,07 persen. Selain itu, Provinsi Banten juga telah
menetapkan beberapa
proyek strategis yang diharapkan mampu membangun konektivitas antara
Banten Utara
dengan Banten Selatan lebih baik lagi sehingga kemakmuran dapat lebih
merata. Masih
terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi Pemerintah Provinsi
Banten dalam
menjadikan pembangunan infrastruktur menjadi daya ungkit
pertumbuhan ekonomi,
diantaranya: pembangunan infrastrutur dasar yang belum merata, belum
adanya sektor
ekonomi potensial yang disiapkan sebagai sumber pertumbuhan baru,
pertumbuhan UMKM
yang tinggi tanpa diiringi SDM yang berkualitas sehingga memiliki daya
saing rendah,
kualitas infrastruktur yang belum optimal dan regulasi yang belum efektif
dan efisien
penerapannya.
Rekomendasi dari analisis ini, diantaranya: membuat regulasi yang efektif
dan efisien,
melakukan pembangunan infrastruktur berdasarkan RTRW, menentukan
lead sector baru,
meningkatkan kompetensi SDM, menguatkan research and development,
menyediakan
pelayanan dasar yang berkualitas, mendorong kepala daerah untuk lebih
inovatif, dan
mengembangkan inovasi dalam pembiayaan untuk infrastruktur.