Memasuki tahun 2021, perekonomian global mulai menunjukkan
perbaikan namun tidak
merata. Beberapa negara, khususnya negara maju, mengalami pemulihan
yang lebih cepat dengan
pertumbuhan yang tinggi dibandingkan negara berkembang. Hal ini tidak
terlepas dari kemajuan
dalam menahan pandemi, terutama melalui peningkatan vaksinasi,
diprediksi mampu
mendorong munculnya pent-up demand, sehingga mampu mengurangi
potential output gap. Di
dalam negeri, perekonomian Indonesia mengalami perbaikan di tahun
2021 yang ditunjukkan
dengan perbaikan beberapa indikator ekonomi. Namun, dengan adanya
lonjakan kasus Covid-19
di pertengahan tahun, maka kinerja perekonomian tahun 2021 serta
tahun 2022 ke depan akan
sangat dipengaruhi oleh penanganan kasus Covid-19 di Indonesia serta
progres program
vaksinasi yang saat ini masih berlangsung. Di sektor moneter, dalam
rangka mendukung
pemulihan ekonomi dan juga menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank
Indonesia (BI) telah
empat kali menurunkan BI 7-days reserve repo rate (BI7DRR) menjadi
3,5 persen pada Agustus
2021. Dari sektor perdagangan, profil neraca perdagangan belum dapat
dikatakan cukup baik,
karena hingga saat ini ekspor Indonesia masih bergantung pada barang
dengan nilai tambah yang
rendah.
Atas kondisi global dan perekonomian domestik saat ini, maka tulisan ini
bertujuan untuk
memprediksi prospek perekonomian Indonesia dan catatan kritis atas
kebijakan fiskal tahun
2022. Dari hasil proyeksi yang telah dilakukan, maka diperoleh
pertumbuhan ekonomi di tahun
2021 diperkirakan 4,43 persen, inflasi 1,8 persen, dan nilai tukar di
kisaran Rp14.435/USD.
Sementara itu, di tahun 2022 mengalami peningkatan pertumbuhan
ekonomi yaitu 5,27 persen,
inflasi 2,95 persen, dan nilai tukar di kisaran Rp14.684/USD. Adapun
faktor yang
memengaruhinya ialah: 1) perkembangan kasus pandemi Covid-19 di
Indonesia, beserta dengan
efektivitas upaya penanganannya; 2) progres program vaksinasi; 3)
perkembangan
perekonomian global, termasuk arah kebijakan moneter Amerika Serikat;
4) efektivitas
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam mengembalikan daya beli
masyarakat; serta 5)
efektivitas berbagai program reformasi struktural di tahun 2022 dalam
meningkatkan
produktivitas perekonomian secara umum.
Terkait kebijakan fiskal tahun 2022, secara umum, arah dan strategi
pembangunan yang
hendak dilakukan oleh pemerintah pada tahun tersebut telah
mencerminkan upaya dalam
mewujudkan transformasi ekonomi dalam koridor jangka menengah dan
panjang, terutama
untuk mampu keluar dari negara middle income trap. Namun dari sisi
implementasi, arah, dan
strategi kebijakan tersebut akan sangat dipengaruhi oleh kondisi risiko
pandemi dan ekonomi
global di tahun 2022. Adapun beberapa catatan yang perlu diperhatikan
pemerintah atas
pelaksanaan kebijakan fiskal tahun 2022 ialah perlunya upaya
peningkatan nilai tambah industri
pengolahan, peningkatan nilai tambah sektor pertanian dan perikanan,
peningkatan nilai tambah
UMKM, melanjutkan reformasi anggaran pendidikan dalam menopang
diversifikasi ekonomi dan
digitalisasi usaha pertanian dan perikanan, termasuk UMKM. Dengan
demikian, tulisan ini
memberikan rekomendasi berupa: 1) dalam hal mendorong pertumbuhan
ekonomi di tahun
2022, diharapkan pemerintah tetap fokus pada pemulihan kesehatan
serta perlindungan
terhadap kelompok miskin dan rentan; 2) pemerintah terus berkoordinasi
dengan BI dalam
menjaga kebijakan moneter yang akomodatif dan sejalan dengan
kebijakan fiskal untuk
mendukung pemulihan ekonomi; 3) dalam mendorong investasi dan
perdagangan, maka
perbaikan iklim bisnis dan investasi harus terus dilakukan melalui
reformasi struktural dan fokus
pada implementasi; serta 4) terkait kebijakan fiskal 2022, pemerintah
perlu mempertahankan
kebijakan fiskal yang kontrasiklikal untuk meminimalisir dampak pandemi,
serta reformasi fiskal
harus dilaksanakan untuk mendorong postur APBN yang lebih resilien dan
efisien.